Selalu ada pelajaran menarik dan mengagumkan ketika
berkumpul dengan orang-orang shalih. Perkataan,
sikap dan tingkah laku mereka selalu memberikan pelajaran berharga. Bersama mereka, kita bisa memahami hakikat hidup ini. Bersama
mereka, kita bisa belajar bersikap
menghadapi semua permasalahan di zaman yang penuh cobaan ini.
Sungguh sangat benar nasihat yang disampaikan sebuah syair
bahwa salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang sholih. Hati
yang tadinya malas-malasan beribadah, menjadi bangkit kembali melihat
semangatnya orang-orang sholih beribadah. Mereka memicu kembali semangat hati yang
sudah mulai luntur. Mereka beramal untuk akhirat tak kenal lelah kendati banyak
yang mencemooh atau menggembosinya. Keadaan yang kita anggap tidak kondusif
untuk beribadah pun tak menghalangi mereka. Waktu-waktu mereka penuh dengan hal-hal
manfaat dan ibadah.
Mungkin itulah kenapa banyak ustad yang menganjurkan belajar
langsung kepada masyayikh di luar negeri yang jauh di sana. Meski bisa saja
kita mengikuti pelajaran mereka melalui internet atau jarak jauh. Namun memang,
ada pelajaran yang tidak diajarkan melalui penjelasan lisan, melainkan melalui
perbuatan. Dan untuk mendapatkan pelajaran itu kita harus hadir dan bertemu
langsung dengan mereka.
Saya teringat cerita ustad-ustad yang pernah belajar kepada
masyayikh di Timur Tengah, di antaranya syaikh Utsaimin. Ulama moderen yang
menguasai berbagai disiplin ilmu ini sangat tawadhu dan zuhud. Meski ulama
besar, beliau setiap waktu shalat
berjalan kaki ke masjid tempatnya mengajar. Tak ada kendaraan maupun yang
mengantar. Padahal jarak masjid dan rumahnya cukup jauh. Tak hanya itu, beliau kerap telanjang kaki ketika ke masjid.
Kebiasaan itu dimanfaatkan oleh murid-murid beliau. Tak Jarang, setiap beliau selesai ngajar dan pulang,
sejumlah murid beliau mengerumuni sambil berjalan. Mereka ada yang bertanya dan
sebagian membacakan tulisan ringkasan ceramah belia untuk dikoreksi.
Beda lagi ulama di Sudan yang biasa hidup serba kekurangan.
Seorang ustad lulusan Sudan bercerita kekagumannya terhadap guru ahli
haditsnya. Syaikh tersebut selalu menyambut murid2nya dengan penuh ceria. Murid-murid
yang belajar kepadanya kerap disuguhi hidangan makan meski jumlah mereka lebih
dari lima. Padahal, ekonomi syaikh tersebut tergolong miskin. Makanya, jika beliau
tidak ada uang, keluarganya pun tidak makan. Begitu juga, tidak ada hidangan makan pada
hari itu untuk murid-muridnya. Maka, ketika dalam kondisi tersebut, para murid berinisiatif mengumpulkan uang
dari kantong mereka untuk membelikan makan kepada Syaikh tadi. Namun karena
kezuhudan syaikh tersebut, makanan itu tetap dihidangkan kepada para muridnya.
Dua contoh itu memberikan pelajaran penting bagi kita
praktek nyata teori yang kita dapat dari ceramah-ceramah ustad atau syaikh.
Pelajaran yang kita dapat tidak hanya tersimpan di otak, namun dipraktekkan
dalam tindakan. Pelajaran itu tidak kita dapat dari buku maupun ceramah, namun
hanya kita dapat dari berteman dengan orang-orang shalih. Maka, janganlah ragu
untuk memilih teman-teman yang shalih!

0 Response to "Berteman dengan Orang Sholih, Why Not!"
Posting Komentar