Berteman dengan Orang Sholih, Why Not!



Selalu ada pelajaran menarik dan mengagumkan ketika berkumpul dengan orang-orang shalih. Perkataan,  sikap dan tingkah laku mereka selalu memberikan  pelajaran berharga. Bersama mereka,  kita bisa memahami hakikat hidup ini. Bersama mereka,  kita bisa belajar bersikap menghadapi semua permasalahan di zaman yang penuh cobaan ini.

Sungguh sangat benar nasihat yang disampaikan sebuah syair bahwa salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang sholih. Hati yang tadinya malas-malasan beribadah, menjadi bangkit kembali melihat semangatnya orang-orang sholih beribadah. Mereka memicu kembali semangat hati yang sudah mulai luntur. Mereka beramal untuk akhirat tak kenal lelah kendati banyak yang mencemooh atau menggembosinya. Keadaan yang kita anggap tidak kondusif untuk beribadah pun tak menghalangi mereka. Waktu-waktu mereka penuh dengan hal-hal manfaat dan ibadah.

Mungkin itulah kenapa banyak ustad yang menganjurkan belajar langsung kepada masyayikh di luar negeri yang jauh di sana. Meski bisa saja kita mengikuti pelajaran mereka melalui internet atau jarak jauh. Namun memang, ada pelajaran yang tidak diajarkan melalui penjelasan lisan, melainkan melalui perbuatan. Dan untuk mendapatkan pelajaran itu kita harus hadir dan bertemu langsung dengan mereka.

Saya teringat cerita ustad-ustad yang pernah belajar kepada masyayikh di Timur Tengah, di antaranya syaikh Utsaimin. Ulama moderen yang menguasai berbagai disiplin ilmu ini sangat tawadhu dan zuhud. Meski ulama besar,  beliau setiap waktu shalat berjalan kaki ke masjid tempatnya mengajar. Tak ada kendaraan maupun yang mengantar. Padahal jarak masjid dan rumahnya cukup jauh. Tak hanya itu,  beliau kerap telanjang kaki ketika ke masjid. Kebiasaan itu dimanfaatkan oleh murid-murid beliau. Tak Jarang,  setiap beliau selesai ngajar dan pulang, sejumlah murid beliau mengerumuni sambil berjalan. Mereka ada yang bertanya dan sebagian membacakan tulisan ringkasan ceramah belia untuk dikoreksi.

Beda lagi ulama di Sudan yang biasa hidup serba kekurangan. Seorang ustad lulusan Sudan bercerita kekagumannya terhadap guru ahli haditsnya. Syaikh tersebut selalu menyambut murid2nya dengan penuh ceria. Murid-murid yang belajar kepadanya kerap disuguhi hidangan makan meski jumlah mereka lebih dari lima. Padahal, ekonomi syaikh tersebut tergolong miskin. Makanya, jika beliau tidak ada uang, keluarganya pun tidak makan.  Begitu juga, tidak ada hidangan makan pada hari itu untuk murid-muridnya. Maka, ketika dalam kondisi tersebut,  para murid berinisiatif mengumpulkan uang dari kantong mereka untuk membelikan makan kepada Syaikh tadi. Namun karena kezuhudan syaikh tersebut, makanan itu tetap dihidangkan kepada para muridnya.

Dua contoh itu memberikan pelajaran penting bagi kita praktek nyata teori yang kita dapat dari ceramah-ceramah ustad atau syaikh. Pelajaran yang kita dapat tidak hanya tersimpan di otak, namun dipraktekkan dalam tindakan. Pelajaran itu tidak kita dapat dari buku maupun ceramah, namun hanya kita dapat dari berteman dengan orang-orang shalih. Maka, janganlah ragu untuk memilih teman-teman yang shalih!

Related Posts:

0 Response to "Berteman dengan Orang Sholih, Why Not!"

Posting Komentar