Ketika Bis Kebanggaan Warga "Ngapak" Bau Busuk



Deru suara mesin bis Sinar Jaya menerobos lenggangnya jalan tol Jakarta-Cikampek. Pagi itu, kursi bis yang bertolak dari terminal Kampung Rambutan itu tidak terisi penuh. Kurang lebih tiga puluh menumpang mengisi kursi bis yang mampu mengangkut 90 lebih penumpang itu. Saya termasuk dari tiga puluh penumpang tersebut.

Mayoritas penumpang duduk di kursi bagian depan, dekat supir. Di bagian belakang, di area smoking, tiga penumpang duduk. Dua remaja, satu orang tua.

Bis menyusuri jalan tol di tengah terik sinar matahari yang semakin panas. Jalannya tak pelan, juga tidak terlalu kencang. Semua penumpang menikmati perjalanan itu. Ada yang duduk manis, ada yang ngobrol, ada juga yang rebahan. Maklum, saat itu banyak kursi yang kosong.

Kurang lebih setengah jam bis menyusuri jalan tol. Tiba-tiba bau busuk menyeruak dari kursi bagian belakang, smoking area. Saya berpikir, itu bau kentut penumpang. Namun, bau bangkai itu tak kunjung hilang justru semakin menguat. Tak hanya penumpang yang ada di posisi tengah, penumpang di kursi depan pun hidung mereka mulai terganggu dengan bau tersebut.

Suara gaduh dari arah belakang memecah kesunyian penumpang yang “menikmati aroma terapi itu. “kamu berak ya!!? teriak seorang bapak tua yang duduk di kursi belakang bersama dua remaja itu. Para penumpang sebagian melihat ke belakang, sebagian lain tak peduli.

Suara semakin gaduh ketika bapak tua tadi maju ke belakang untuk melapor ke supir ada sebongkah kotoran di depan pintu belakang. Penumpang lainnya berusaha memastikan laporan bapak tua tersebut. Mereka baru yakin setelah melihat gundukan kecil disertai bau bangkai di tangga pintu belakang.

Bapak tua tadi sejak awal perjalanan tidur di kursi paling belakang. Ia juga baru terbangun ketika bau busuk menusuk-nusuk hidungnya. Dia tidak mengetahui proses keluarnya gundukan kecil itu. Mungkin, saat itu ia bermimpi enak sehingga tak mendengar suara ngeden sang pelaku.

Setelah diusut, ternyata pemilik bongkahan itu milik salah satu remaja yang duduk di kursi belakang, bersama bapak tua. Dari wajahnya, terlihat orang desa. Namun, potongan rambut dan pakaian yang dikenakannya bergaya anak kota. Sayang, kulit hitam dan rambut kusut serta pakaian yang terlihat sudah lusuh tak menghilangkan wajah desanya.

Sang supir yang juga ngomel-ngomel akhirnya memberhentikan bis di rest area terdekat. Saya dan penumpang lainnya harus menutup hidung sembari menunggu menemukan rest area. Kurang lebih sepuluh menit dari terungkapnya sumber bau busuk itu, baru ditemukan tempat istiharahat.

Remaja pemilik bongkahan itu ramai-ramai di suruh membersihkan kotorannya sendiri. Umpatan dari para penumpang tak henti-hentinya keluar untuk remaja tersebut. Dengan tertunduk malu, ia mengambil air dengan ember dan membersihkan tangga pintu belakang . Setelah kotoran hilang, bis kembali melanjutkan perjalanan.

Para penumpang bisa tenang di dalam bis tanpa bau busuk. Sebagian kembali tertidur pulas dan sebagian lain ngobrol. Sementara bapak yang berada di kursi belakang, kembali ke kursinya, seolah melupakan insiden bau busuk tersebut. Ia kembali tertidur pulas.


Related Posts:

0 Response to "Ketika Bis Kebanggaan Warga "Ngapak" Bau Busuk "

Posting Komentar