Sebuah kisah menarik disampaikan syaikh asal Saudi Muhammad
Al Arabi. Dalam sebuah kajian beliau di sebuah stasiun televise Saudi dan di
unggah ke Youtube, Syaikh yang beberapa waktu lalu merasakan penjara pemerintah
Saudi itu menceritakan kisa seorang pemuda
yang meninggal karena melakukan sebuah dosa yang tidak disengaja. Dengan suara
yang lembut, melau menceritakan kisah itu dengan penuh penghayatan sehingga
para jama’ah yang hadir khusu’ mendengarkannya.
Tsa’labah bin Abdurrahman, itulah nama seorang pemuda yang
diceratakan Syaikh yang akrab di sapa Al Arifi tersebut. Tsa’labah adalah
seroang pemuda yang baru berumur 15 tahun. Ia selalu bersama Nabi saw dan
memberikan pelayanan kepada beliau. Sehingga, kedekatan Nabi dengan Tsa’alah
bagaikan anak dan bapak.
Pada suatau ketika, pemuda belia dari kalangan Anshar
tersebut diperintahkan Nabi saw ke sebuah pasar untuk membeli sesuatu. Dengan
bekal uang yang diberikan Nabi, Tsa’labah berangkat dengan berjalan kaki.
Tsa’labah menyusuri jalan yang lalu lalang penduduk kota.
Rumah demi rumah para shahabat anshar ia lewati. Semua tampak seperti biasa,
tidak ada keanehan. Hingga saat ketika Tsa’labah melewati sebuah rumah milik
sahabat Anshar dengan pintu terbuka.
Dari jalan kota yang agak sedikit padat Tsa’labah tak
sengaja melihat ke isi rumah tersebut. Ketika itu,hembusan angin yang tidak
terlalu kencang, tapi bisa menerbangkan kain, menyingkap sebuah penghalang
pintu kamar mandi yang terbuat dari kain itu. Sesosok wanita yang tidak
menggunakan jilbab terlihat dari balik pintu kamar mandi tersebut.
Tanpa sengaja, sosok wanita Anshor terlihat oleh mata
Tsa’labah. Seketika itu, tsa’labah memalingkan matanya yang sempat melihat
wanita tersebut beberapa detik. Dia pun bergegas pergi dan ucapan istighfar
tidak henti-hentinya keluar dari mulutnya.
Dengan penuh perasaan dosa, ia bergegas pulang dan tidak
jadi ke pasar. Setelah beberapa jam, Rasulullah saw mencari-cari di mana
Tsa’labah. Rasulullah menanyakan para shabahat, akan tetapi tidak ada yang
mengetahuinya.
Hari demi hari berlalu dan Tsa’labah tidak kunjung datang
menemui Nabi saw. Rasa cemas pun mulai menggelayuti diri Rasullah saw.
Akhirnya, Rasul mengutus shahabat Umar dan sejumlah sahabat lainnya untuk
mendatangi rumah Tsa’labah. Akan tetapi, Umar dan sejumlah sahabat tidak
menemukan Tsa’labah.
Hampri satu bulan Tsa’labah tidak ada kabar. Kemduian
Rasulullah saw memerintahkan sahabat untuk menyisir setiap sudut kota madinah,
untuk mencari Tsa’labah. Hasilnya pun nihil. Kemudian Rasul mengutus Umar dan
Salman untuk mencara Tsa’laba ke luar kota.
Berangkatlah Umar dan Salman dengan misi dari Rasul
tersebut. Ketka umar dan salman sampai di sebuah bukit antara Madihan dan
Makkah, mereka bertemu dengan segerombolan arab badui yang tengah mengembala
kambing. Umar menanyakan kepada para pengembala kambing apakah mereka melihat
seorang pemuda denga cirri-ciri demikian.
Mereka mengatakan bahwa tidak pernah melihat seorang pemuda
tersebut. salah satu dari pengembala kambing tersebut mengatakan, ‘apakah yang
anda maksud pemuda yang sering mengis’? cletuknya. Ia mengambahkan, bahwa
cirri-ciri yang disebutkan umar tersebut persis seperti pemuda yang seirng
menagist yang berada di puncang bukit tersebut.
Singkat cerita, umar dan salma berhasil membawa tsa’labah ke
hadapan Rasulullah. Setibanya, di depan rama rasul, Tsa’labah tidak mau
menemuinya. Ia merasa dirinya yang penuh dosa tidak pantas bertemu dengan sang
utusan Allah. Setelah dibujuk oleh para shabahat atas permintaan nabi, akhirnya
tsa’alabah mau menemui rasul.
Rasul menyambut tsa’labah dengan hangat. Tidak tau mengapa,
air mata tsa’labah mengucur deras saat itu. Rasul pun meletakkan kepala
tsa’labah di atas pangkuan paha beliau. Setelah terjadi beberapa percakapan,
akhirnya tsa’labah menghembuskan nafas terakhir di pangkuan sang utusan Allah.
Di bantu para sahabat, Rasul mengurus sendiri pengurusan
jenaza Tsa’labah. Beliau yang memandikan, mengkafani, meyolatkan dan
memakamkannya. Ada cerita menarik, ketika beliau memikul jenazah tsa’alabah ke
kuburan bersama para sahabat. Ketika itu, para sahabat terheran-heran dengan
jalan Nabi. Seolah-olah beliau berjalan di tengah padatnya manusia. padahal,
hanya beberapa sahabat yang memikul jasad tsa’labah, sedangkan sahabat lainnya
mengikuti dari belakang. Ketika salah seorang sahabaht menanyakan keanehan itu,
Rasul menjawab. Celakah kalian, sesungguhnya para malaikat berbondong-bondong
ikut memikul jenazah tsa’lbah bersamaku sehingga aku kesulitan untuk berjalan.
Disadur dari cerita Syiakh Muhammad Al Arifi dalam sebuah
ceramah beliau yang diunggah ke Youtube. Ahad, 22 September 2013.
Related Posts: